Sign Up to MarketingCraft Newsletter for Free!

Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.

Perbedaan Social Media Monitoring dan Social Media Listening

By
Dimas Gityandraputra
 •
May 20, 2020

Sebagai brand, tentu kita perlu memahami tren konten media sosial yang terjadi di masyarakat.

Mengetahui tren akan memberikan keuntungan bagi brand untuk lebih mudah terhubung dengan para target audiensnya. Karena konten yang disajikan bukan sekadar latah atau pamer konten, tapi memang relevan dan lebih jauh lagi, berpotensi menarik audiens untuk mau melakukan aksi yang diharapkan; seperti misalnya, membeli atau menggunakan produk yang ditawarkan.

Baca Juga: Memahami Apa itu Content Marketing

Agar bisa mengetahui tren tadi, yang perlu dilakukan adalah melakukan social media listening dan monitoring. Apa yang dimaksud dengan kedua hal itu? Lalu, apa yang membedakan keduanya?

Pertama, beda fungsinya

Social media listening dan monitoring bukan hanya beda penyebutan, karena kedua merupakan dua pendekatan taktis yang berbeda.

Menurut Sprout Social, social media listening berfungsi untuk memahami audiens dan mengembangkan strategi campaign, dengan mencari tahu mengenai hal-hal yang diperbincangkan masyarakat seputar industri dan topik yang relevan dengan brand terkait.

Sementara social media monitoring merupakan bentuk kepedulian brand terhadap pelanggan dengan cara memantau pesan-pesan di media sosial, yang ditujukan langsung pada brand, dan menjawabnya secara layak.

Singkatnya, social media listening membantu kita menjawab soal "kenapa", sementara monitoring lebih fokus menjawab persoalan "apa". Ada juga yang mengungkapkan bahwa, social media listening itu seperti melihat hutan, sementara social media monitoring melihat pohon.

Lalu, apa lagi yang membedakan keduanya?

Perbedaan skala

Social media listening, dalam hal ini mencakup jangkauan lebih luas, atau tentang bagaimana kelompok audiens yang disasar memandang brand terkait secara makro, dan membahasnya, khususnya di media sosial.

Sementara monitoring lebih khusus memantau perbincangan audiens secara mikro. Karena urusannya adalah menanggapi pertanyaan, pernyataan, atau komentar yang disampaikan pada brand.

Meski demikian, kita bisa memperkuat data listening dari kegiatan monitoring yang dijalankan, begitupun sebaliknya; sehingga kita mendapatkan pandangan yang lebih komprehensif tentang persepsi sasaran audiens pada brand terkait, dan membantu brand tersebut menetapkan taktik yang lebih tepat untuk menjawab kebutuhan audiens.

Selanjutnya adalah perbedaan dari sisi reaksi audiens

Social media monitoring tercatat bersifat reaktif, karena pelanggan yang terlebih dahulu menghubungi brand melalui media sosial. Dari situ, brand bisa mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh para pelanggan, dan membuat kita mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah tersebut.

Hal ini membuat social media monitoring merupakan strategi media sosial yang penting dijalankan. Namun pada kenyataannya, interaksi pelanggan tidak berhenti sampai di situ, sehingga kita butuh melakukan social media listening yang lebih bersifat proaktif.

Social media listening adalah metode brand menjaring poin-poin penting dari pembicaraan sasaran audiens di media sosial, untuk menjadi insight yang mendukung strategi dan taktik komunikasi.

Dengan melihat secara makro (seperti dibahas pada poin sebelumnya), kita bisa lebih memahami beragam pertanyaan yang dilontarkan pelanggan, serta membantu kita bersikap proaktif, sehingga mencegah isu-isu yang berpotensi terjadi di kemudian hari.

Melalui social media listening juga, brand dapat menggali tren di tengah industri, kegiatan komunikasi kompetitor, dan pengalaman pelanggan.

Setelahnya, kita bisa membuat perubahan penting yang berpeluang mendorong kegiatan pemasaran lebih maju lagi, juga membuat para pelanggan lebih terbangun rasa percayanya, hingga senang menggunakan produk atau jasa yang kita tawarkan.

Lalu, perbedaan teknis melakukannya...

Dalam tahapan paling dasar, social media monitoring bisa kita lakukan secara manual, seperti menggunakan platform media sosial itu sendiri, atau tools lain yang mempermudah kegiatan monitoring akun yang dikelola.

Di sisi lain, untuk melakukan social media listening kita membutuhkan teknologi yang lebih canggih, dan punya kemampuan mengumpulkan dan mengukur data yang dibutuhkan seakurat mungkin.

Data dari Forrester menyatakan, 52% perangkat social media listening digunakan marketers untuk mengukur tantangan terbesar yang mereka hadapi, menyangkut kegiatan konten yang tepat untuk sasaran audiens.

Dengan teknologi mumpuni, social media listening mampu menelusuri berbagai keywords, tren percakapan, hingga mention tentang brand atau kata kunci tertentu di media sosial.

Hal yang akan sangat membantu kita untuk menemukan data dan analisis yang bisa diandalkan brand untuk memahami audiens makin baik lagi.

Karena sebetulnya, banyak orang membicarakan berbagai brand di media sosial; dan semua itu bisa dijaring dengan pendekatan dan teknologi yang tepat.

Baca Juga: Apa Manfaat Social Media Listening dalam Pemasaran

Dan dengan melakukan social media listening, dan social media monitoring, persepsi sasaran audiens terhadap kategori produk atau layanan, hingga brand atau merek, jadi tertangkap untuk dijadikan dasar komunikasi; dan membuat brand dan audiens makin terhubung, serta meningkatkan peluang menguatkan relasi di antara keduanya.

You must be a premium member to view the full content

Sorry, but the rest of this article is for our Premium Members only. To gain access to this content and many more benefits, subscribe below!

Asupan Marketing Mingguan

Gratis

Artikel-artikel marketing terpercaya

-
-
-
Dapatkan gratis

Langganan Premium

US$ 10 / bulan

8+ tiket webinar marketing gratis setiap bulan
Semua siaran ulang tutorial, diskusi & wawancara
Panduan & riset terdepan di industri
Penawaran eksklusif dari brand & Event VIP
Artikel-artikel marketing terpercaya

Related articles