Sign Up to MarketingCraft Newsletter for Free!

Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.

Keunggulan Sponsored Content untuk Mendukung Pemasaran Digital

By
GetCraft
 •
May 26, 2020

Pada laporan GetCraft - Indonesia Native Advertising & Influencer Marketing Report 2018 disebutkan tentang kecenderungan brand untuk lebih mengarahkan budget pemasaran digital mereka untuk native advertising; seperti paid social media posts, influencer marketing, paid search, dan sponsored content.

Hal tersebut tidak terjadi tanpa sebab. Sesuai definisinya, iklan native adalah bentuk promosi berbayar yang diterapkan dalam bentuk, fungsi, dan kualitas setara dengan konten tempat pemuatannya. Karena itu, fokus konten native ad bukan pada promosi semata, tapi mengemas pesan itu agar terasa natural sebagai bagian dari media terkait, sehingga membuka peluang lebih besar untuk menarik keterlibatan (engagement) audiens yang disasar.

Lebih lengkap tentang definisi native ad, silakan membaca: Apa Itu Native Advertising?

Pada bahasa tentang pengertian native ad, kita bisa membagi iklan native ke dalam tiga kategori; yaitu, programmatic native ad, native ad unit, dan sponsored content.

native advertising sponsored content

Masing-masing memiliki proses teknis, potensi, dan untuk kebutuhan tertentu. Pada programmatic native ad misalnya, model ini menyasar audiens berdasarkan metadata yang dijaring dari saluran atau media tertentu; umumnya ditampilkan dengan recommendation widgets, dari layanan seperti Taboola atau Outbrain.

Sementara native ad unit lebih pada model yang memungkinkan pengiklan mendorong atau mempromosikan konten pada platform tertentu; seperti pilihan mengiklankan konten Facebook di jejaring sosial tersebut, atau melakukan paid search untuk mempromosikan konten pada hasil pencarian keywords tertentu di mesin pencari seperti Google, atau promoted listings di Amazon.

Berdasarkan studi yang termuat pada laporan GetCraft - Indonesia Native Advertising & Influencer Marketing Report 2018, keduanya memiliki rasio click-through di antara 0,2 sampai 0,8 persen dari jumlah audiens yang melihatnya.

Lalu, bagaimana dengan sponsored content?

Merujuk pada pengertiannya, sponsored content merupakan bentuk iklan yang dibuat oleh publisher atau kreator konten, dengan format dan kualitas khas, seperti yang biasa mereka tampilkan; seperti artikel, konten foto, bahkan video. Model ini bisa dilakukan oleh pengelola media online, atau akun berpengaruh di media sosial (influencer).

Untuk pengertian sponsored content dan contohnya, bisa cek artikel ini: Perbedaan Native Ad dengan Sponsored Content

Terkait sponsored content yang dilakukan via publisher, kita bisa menyebutnya branded content, yang adalah iklan native ketika pengiklan memanfaatkan kredibilitas dan gaya penyampaian publisher, dan mengasosiasikannya dengan pesan pemasaran tertentu.

→Klik di sini untuk bekerjasama dengan publisher Terbaik di Asia Tenggara

Sementara sponsored content via influencer di media sosial lebih menitikberatkan pada pemanfaatan persona influencer untuk membangun percakapan di media sosial.

Pengemasan pesan secara natural berdasarkan gaya editorial publisher, atau personalitas influencer itu membuat jenis iklan native ini memiliki rasio click-through yang lebih besar dari programmatic native ad dan native ad unit; atau 1-2 persen untuk branded content, dan 2-4 persen untuk influencer marketing.

native advertising sponsored content 2

Maka itu, sponsored content layak dipertimbangkan sebagai bentuk iklan native paling unggul, dibandingkan yang lain. Jika kita kembali pada karakteristik native advertising yang lebih berpeluang besar menarik keterlibatan (engagement) audiens yang disasar. Rasio click-through 1-4 persen cukup jadi alasan untuk melakukan sponsored content.

Selain itu, sponsored content juga membuat pesan pemasaran menjadi lebih unik, berdasarkan channel tempat pemuatannya. Ketimbang mempromosikan pesan pemasaran dalam 2-3 versi banner per bulan, brand bisa mendapatkan 30 pesan pemasaran yang berbeda-beda dari berbagai publisher dan influencer yang dilibatkan.

Selain itu, jika merujuk pada studi Nielsen, 83 persen konsumen percaya pada rekomendasi influencer, dan 66 persen mempercayai konten editorial dari media massa; sementara hanya 42 persen yang termakan display ad seperti banner.

Kunjungi Marketplace GetCraft

Baca juga:

Apa Itu Native Advertising?

Perbedaan Native Advertising dengan Sponsored Content

Memahami Apa Itu Inbound Marketing

You must be a premium member to view the full content

Sorry, but the rest of this article is for our Premium Members only. To gain access to this content and many more benefits, subscribe below!

Asupan Marketing Mingguan

Gratis

Artikel-artikel marketing terpercaya

-
-
-
Dapatkan gratis

Langganan Premium

US$ 10 / bulan

8+ tiket webinar marketing gratis setiap bulan
Semua siaran ulang tutorial, diskusi & wawancara
Panduan & riset terdepan di industri
Penawaran eksklusif dari brand & Event VIP
Artikel-artikel marketing terpercaya

Related articles