Dari tahun ke tahun, pengguna native advertising terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya kreator konten yang siap menawarkan jasa artikel bersponsor kepada brand. Business Insider mengungkapkan bahwa, pendapatan native advertising pada 2018 akan mencapai US$ 21 miliar, meningkat US$ 7,9 miliar dari tahun 2015.
Perkembangan native advertising sendiri tidak terlepas dari hiruk pikuk yang menyertainya. Sebagian masyarakat menyukai bagaimana kreativitas dan kecerdasan dari native advertising. Di sisi lain ada juga yang menganggapnya mengganggu.
Lalu seperti apa contoh native advertising ini?
Sebuah advertising memang perlu menonjol agar dapat mencuri perhatian audiens. Selain itu, advertising yang baik juga perlu disajikan secara cerdas dan menghibur walau terkadang mengganggu namun tetap dengan maksud baik. Karena itu, kehebatan native advertising yaitu bisa mengintergrasikan konten dan iklan secara halus melalui media apapun yang digunakannya.
Salah satu contoh native advertising yang baik adalah seperti yang dibuat oleh Buzzfeed untuk brand Captain Morgan. Native advertising yang mereka buat telah mendapatkan pengakuan dari para pemasar profesional dan para audiens umum sebagai tolak ukur bagaimana penerapan native advertising yang baik.
Baca juga: Apa Itu Native Advertising?
Native advertising dari Captain Morgan ini memiliki tujuan untuk meningkatkan brand awareness serta berharap dapat menambah penghasilan mereka dengan cara membuat artikel dengan format listicle yang disiarkan oleh Buzzfeed.
Apa yang membuat campaign lewat artikel-artikel Captain Morgan ini menjadi contoh native advertising yang baik?
Dari awal, artikel milik Captain Morgan sudah memberikan kalimat yang dapat menarik hati para pembacanya lalu ditambah dengan call to action yang jelas dan dapat merujuk pada website brand itu tanpa mengganggu kenyamanan user experience dari para pembaca Buzzfeed. Memang suatu native advertising dapat dikatakan sukses apabila dapat menjaga user experience mereka.
Baca Juga: Perbedaan Native Advertising dan Sponsored Content
Dunia native advertising memang masih baru di industri digital ini. Karena itu sebenarnya belum ada tolak ukur yang pasti seperti apa native advertising yang baik atau buruk, Namun sesungguhnya sudah ada guidelines yang dipegang para kreator, seperti apa seharusnya membuat sebuah native advertising.
Walau begitu ada pula contoh native advertising yang sebaiknya tidak perlu untuk ditiru seperti native advertising yang dilakukan oleh The Atlantic pada tahun 2013 mengenai “Gereja Scientology”.
Seperti apa native advertising milik The Atlantic ini?
The Atlantic bekerja sama dengan oraganisasi tersebut untuk membuat sebuah native ads berupa artikel. Tetapi sayangnya mereka mengabaikan aturan dasar dari native ads dan tidak menyatakan bahwa ini konten tersponsor. Akhirnya artikel The Atantic ini mendapat respon negatif dari masyarakat hingga konten tersebut harus diturunkan dari website tersebut, karena para pembaca justru tidak mendapatkan nilai positif dari artikel yang ditayangkan. Hingga pada akhirnya, The Atlantic meminta maaf kepada masyarakat karena penayangan artikel tersebut.
Klik di sini untuk bekerjasama dengan publisher terbaik di Asia Tenggara
Banyak brand di Indonesia saat ini yang mengalokasikan dana digital marketing mereka untuk native advertising. Laporan dari GetCRAFT menyebutkan bahwa banyak brand yang telah menyiapkan 20% sampai 30% dari total dana media mereka untuk dialokasikan pada native advertising.
Menurut laporan lain, 5 brand yang paling banyak mengalokasikan dana untuk native advertising di Indonesia adalah Nissan, Coca Cola, English First, Blibli dan Salestock. Menurut beberapa brand ini, salah satu faktor penting untuk mendekati audiens adalah dengan menggunakan mobile advertising. Karena saat ini banyak masyarakat yang menghabiskan waktu di depan smartphone mereka. Selain itu, 3 kategori yang paling sering menggunakan native advertising adalah otomotif, e-commerce, dan makanan/minuman.
Baca Juga: Cara Membuat Konten Berdasarkan Tujuan Pemasaran
Native advertising memang tengah berkembang saat ini. Selain itu, penerapan native advertising juga dapat mempengaruhi bagaimana penilaian audiens terhadap suatu brand. Maka itu, sebuah native advertising perlu memiliki sebuah strategi yang baik, terukur, dan tentu saja berdasarkan objective yang jelas.