Strategi Bisnis dalam Menghadapi Resesi

By
Dimas Gityandraputra
 •
May 19, 2020

Pada 11 maret 2020 yang lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan bahwa penyakit COVID-19 merupakan pandemi. Penyakit yang disebabkan oleh virus Corona ini telah menyebar ke hampir seluruh negara di dunia dan memberikan dampak besar bagi bisnis dan ekonomi.

Dan karena adanya pandemi ini membuat dunia dihadapkan pada ancaman resesi. Hal ini pula yang menyebabkan banyak brand memerlukan persiapan dan mengubah beberapa rencana kegiatan marketing mereka agar berhasil menghadapi resesi.

Walau begitu, sebenarnya sebelumnya dunia pun pernah mengalami beberapa kali resesi ekonomi. Dan dari pengalaman tersebut, ada pula beberapa strategi bisnis yang dapat dikembangkan brand (dengan melihat dari apa yang pernah dilakukan beberapa brand terdahulu).

Apa yang terjadi pada perusahaan 3 tahun setelah resesi?

Bedasarkan data yang dikemukakan oleh Group CEO GetCraft, Patrick Searle dalam webinarnya yang bertema “Marketing in The Time of Covid-19”, dengan menyadur dari The Harvard Business Review, studi tersebut mempelajari performa dari 4.700 perusahaan selama menghadapi tiga  resesi besar di tahun 1980, 1990, dan 2000. Dari studi tersebut ditemukan data sebagai berikut:

  • 17% perusahaan gagal bertahan.
  • 80% tidak berhasil menggapai perkembangan mereka seperti masa sebelum resesi.
  • 40% tidak berhasil mengembalikan tingkat penjualan mereka seperti sebelum resesi.
  • 9% berhasil dan terus berkembang setelah resesi.

Lalu apa yang bisa dilakukan brand agar bisa berhasil menghadapi resesi ini?

Hal yang dapat dilakukan perusahaan dalam menghadapi resesi

The Harvard Business Review membagi pendekatan strategis perusahaan ke dalam 4 kategori dan menimbang besarnya peluang baik itu dalam keberhasilan menghadapi resesi atau pun perkembangan perusahaan setelah resesi.

  • Prevention (21% kesempatan berhasil)

Fokus strategi ini ada pada pemotongan budget. Setiap keputusan dilihat dari kacamata minimalisasi kerugian. Seringkali perusahaan yang menggunakan strategi ini melakukan penurunan kualitas dan kepuasan pelanggan.

  • Promotion (26% kesempatan berhasil)

Mengedepankan optimisme dengan mengabaikan situasi dan tanda peringatan awal. Perusahaan yang ada pada kategori ini kerap menambahkan fitur pada produk mereka ketika para pelanggan mendambakan nilai yang lebih baik.

  • Pragmatic (29% kesempatan berhasil)

Perusahaan yang menggunakan strategi ini mengombinasikan antara karakteristik strategi prevention dan promotion namun tidak diimbangi kehati-hatian.

  • Progressive (37% kesempatan berhasil)

Menggunakan strategi prevention dan promotion secara tepat dan seimbang dengan cara mengevaluasi segala aspek dari bisnis model mereka, dan membuat perubahan dalam waktu dekat untuk mengurangi biaya saat ini dan setelah permintaan kembali (tetapi tetap dengan cara tidak melakukan layoff).

Walau memang sedang dilanda resesi dan pihak brand membutuhkan penyesuaian dalam strategi mereka, ada pula beberapa hal yang dapat dilakukan agar bisa bertahan dalam resesi ini dan terus berkembang setelah masa resesi ini terlewati.

Mengatur kembali keuangan tanpa memotong kekuatan

Pada masa resesi seperti ini, setiap peruhaan tentunya akan mengelola kembali budget yang mereka miliki. Beberapa perusahaan dapat berhasil bertahan dalam resesi ini dengan melakukan pengenduran pengeluaran pada proses yang memiliki nilai lebih rendah serta mengurangi volume dan kompleksitas pekerjaan. Mereka melihat pengelolaan keuangan ini sebagai cara untuk mengisi kembali kemampuan perkembangan mereka untuk tahap selanjutnya di dalam siklus bisnis.

Mempersiapkan rencana untuk masa depan

Bagi perusahaan, penting selagi berusaha bertahan dalam menghadapi resesi, tetap melakukan antisipasi pada resesi berikutnya. Dengan berkembangnya teknologi digital, kini perusahaan mampu untuk mempersiapkan cara baru agar dapat bergerak lebih cepat, dan menyederhanakan bisnis mereka baik itu dengan mengubah langkah ataupun dengan terus melakukan peningkatan/perbaikan.

Bertindak ofensif dengan memilih investasi yang tepat untuk perkembangan komersial

Beberapa perusahaan sukses menggunakan sebuah krisis untuk menggenjot pertumbuhan komersial mereka. Taktik yang umum mereka gunakan biasanya, berinvestasi pada Research & Development, fokus pada klien potensial, serta tetap menjaga kegiatan marketing mereka untuk tetap berjalan sementara perusahaan lain menguranginya. Perusahaan ini biasanya juga berfokus untuk meningkatkan customer experience, dan membuatnya menjadi lebih simpel dan terpersonalisasi melalui investasi pada kemampuan digital perusahaan tersebut.

Selalu ingat bahwa akan ada perbaikan, dan kita perlu bersiap terhadapnya

Banyak perusahaan yang merasa kesulitan untuk menemukan performa terbaik mereka pada masa pasca resesi, dan mereka kerap mengubah cara kerja mereka ke dalam “survival mode”, dengan cara melakukan pemotongan besar dan bereaksi secara defensif. Padahal, “survival mode” tersebut bisa jadi membuat perusahaan harus mengeluarkan biaya yang lebih besar ke depannya dibanding penghematan yang dilakukan, karena mereka perlu memulihkan kembali eksistensi mereka setelah lama absen dari lanskap media.

Dan pada akhirnya, cara untuk bertahan dalam masa resesi ini adalah dengan tetap menjalankan marketing plan, dan tidak memberhentikannya.

Sumber: Presentasi Grup CEO GetCraft, Patrick Searle pada webinar "Marketing in The Time of Covid-19".

You must be a premium member to view the full content

Sorry, but the rest of this article is for our Premium Members only. To gain access to this content and many more benefits, subscribe below!

Tags:

Related articles