Pada 27 Maret 2019, Jakarta Content Marketing Meetup GetCraft kembali digelar, kali ini bertempat di Qubicle Center dan dihadiri lebih dari 100 orang marketer, klien, dan peserta lainnya. JCMM kali ini bertajuk The Secret Behind A Woman’s Wallet, di mana bahasan yang diangkat adalah seputar tren belanja dan konsumerisme perempuan hingga bagaimana membangun strategi pemasaran yang efektif jika target pasarnya adalah perempuan.
Acara dibuka oleh Anthony Reza, CEO GetCRAFT Indonesia dan mengundang para panelis kali ini, Shinta Nur Fauzia, CEO Lemonilo, Dian Irawati, Director BOI Research Services Indonesia, Affi Assegaf, Co-Founder, Chief Community & Content Officer (CCO) FemaleDaily, dan Harumi Sudrajat, My Tips Cantik Beauty Blogger & Influencer.
Cari tahu jawaban dari rahasia di balik konsumerisme perempuan ini dengan berkenalan dan mengintip opini para panelis kita berikut ini:
Dian Irawati, Director BOI Research Services Indonesia (agensi market research di Asia, dengan spesialisasi pada Kepuasan Pelanggan, Customer Journey, Brand Health, dan Tracking) mengungkapkan beberapa temuan menarik sehubungan dengan "aspek yang memengaruhi keingingan perempuan dalam membeli produk", yakni sebagai berikut:
Ini sebabnya, kini semakin marak brand yang menggunakan strategi influencer marketing untuk pemasaran mereka karena dari data yang ada, pengaruh tingkat awareness-nya cukup tinggi (63%), meskipun pada saat masuk ke area action, di mana konsumen semakin dekat dengan tahap pembelian, ada aspek lain yang membuat faktor rekomendasi ini menjadi faktor ke sekian.
Menurut Dian, "Untuk mendapatkan awareness dari calon konsumen ini, sangat penting untuk memilih influencer yang cocok dengan target niche karena ketika berbelanja, laki-laki biasanya prinsipnya seperti 'Veni Vidi Vici', atau bisa dibilang 'I come, I see, I buy' sedangkan perempuan akan berkata 'yes, yes, yes' ke semuanya. Ekonomi perempuan itu bisa dibilang ekonomi recommendation."
Mewakili suara para influencer, Harumi Sudrajat, My Tips Cantik Beauty Blogger & Influencer yang sudah memulai karier sebagai blogger dari 2010 memberikan pandangan dari segi influencer seputar apa yang perlu diperhatikan oleh influencer dan brand untuk bisa membuat marketing campaign yang sukses.
Baca juga: Memahami Influencer Marketing
Permasalahan yang kerap dijumpai adalah jika bertemu dengan brand yang tidak memberi brief yang jelas, dan memberi waktu untuk me-review produk. "Bagaimana saya bisa me-review produknya jika tidak mencintai atau benar-benar menggunakan dan mengenal produk tersebut? Karena untuk membuat sebuah campaign yang sukses, harus fall in love dulu dengan produk dan marketing values-nya. Ini akan mempermudah influencer dalam hal konten, salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan personal."
Menurut Harumi, influencer harus tahu siapa audience-nya dan dengan siapa ia bekerja (brand/perusahaan apa), ia juga harus bisa mengerti brief. "Sebenarnya it's good to have brief, tapi kalau diberi kebebasan untuk menulis dan diberi batasan tertentu, kita bisa membuat konten yang bagus," ujar Harumi.
Senada apa yang diungkapkan oleh Dian bahwa sangat penting untuk memilih influencer yang cocok dengan target niche, Harumi percaya bahwa dengan banyaknya influencer yang ada, orang-orang memilih sendiri influencer yang mereka sukai, yang dirasa cocok dengan kebutuhan dan interest mereka. Dan hal ini membuat mereka mejadi loyal dan percaya dengan konten dan rekomendasi yang diberikan influencer pilihan mereka.
Lalu bagaimana cara menyeimbangkan orisinalitas dengan kepentingan brand? "Sebenarnya bisa saja menggabungkan keduanya, tergantung cara influencer-nya meyakinkan pesan itu sendiri saja, bagaimana membuat review itu jadi natural dan meyakinkan, sedangkan pembacanya harus pintar-pintar memisahkan yang mana produk paid promote dan yang mana yang honest review," ujar Harumi.
Klik di sini untuk menemukan influencer berkualitas!
Sebagai pengusaha, Shinta Nur Fauzia, CEO Lemonilo memberikan pandangannya terkait topik ini. Baginya, satu hal terpenting jika bicara seputar strategi pemasaran adalah: market research. Riset terhadap pasar dan target market adalah yang paling utama sebelum melakukan langkah-langkah lainnya.
Berdasarkan McKinsey & Deloitte Consumer Insights mengenai Indonesia Annual Consumer Spending, sepanjang 2010 dan diperkirakan sampai 2030, pengeluaran terbesar masyarakat Indonesia ada pada financial services (tabungan dan investasi), leisure, produk kesehatan, dan edukasi. Jika bicara soal lifestyle, pengeluaran terbesar perempuan Indonesia saat ini ada di food, skincare, fashion, dan travel, maka berdasarkan data ini, jika seorang pengusaha ingin membuat sebuah brand atau menjual produk baru, ia bisa berangkat dari melihat apa yang sedang tren, apa yang di masa mendatang diprediksi akan menjadi tren, dan apa yang benar-benar dibutuhkan oleh target market mereka.
Semisal, pada saat menyusun strategi pemasaran Lemonilo, Lemonilo yang hadir dengan dengan tujuan membentuk konsumen Indonesia untuk mengadaptasi gaya hidup sehat ini melakukan riset mendalam dulu akan tren dan permasalahan yang dihadapi perempuan Indonesia. Berangkat dari hasil riset tersebut, barulah Lemonilo memposisikan diri sebagai solusi yang bisa mengakomodir kebutuhan tersebut.
Sebagai Co-Founder, Chief Community & Content Officer (CCO) FemaleDaily, yang kini kerap dikenal sebagai Content & Community Company, Affi Assegaf berbicara seputar pentingnya peranan konten dalam sebuah strategi pemasaran, mulai dari tipe konten, sampai strategi pendistribusian konten yang tepat dan dapat meraih engagement dari pembaca.
"Bicara soal pendistribusian konten, kami mensosialisasikan Female Daily menggunakan berbagai channel, salah satunya Newsletter yang dikirimkan setiap hari, juga User Generated Content (UGC) berupa review produk dari user kami. Kini sudah ada sekitar 300 ribu reviews dari 15 ribu produk. Pembaca kami juga aktif dalam diskusi di forum," ujar Affi.
Sebelum memikirkan apakah konten yang dibuat berdampak pada "penjualan produk", penting adanya untuk mendapatkan kepercayaan dulu dari pembaca. Sebagai media yang menjembatani brand dengan calon pembeli online, Affi berujar "Kami tidak berusaha untuk menyenangkan brand, tapi meng-encourage pembaca kami. Kami hanya mempromosikan produk yang kita percayai saja, tergantung dari apa yang lagi disukai komunitas."
Baca juga: Cara Membuat Konten Berdasarkan Tujuan Pemasaran
Jika sudah terbangun kepercayaan pada media yang bersangkutan, otomatis, pembaca yang loyal ini akan terus setia pada konten-konten yang ada di media tersebut, termasuk pada rekomendasi produk yang ditawarkan. "Pada setiap konten kami, ada personality dari masing-masing penulisnya, ini salah satu cara untuk mempermudah pembaca mencari konten yang sesuai dengan mereka," ujarnya.
Tips membuat konten yang relevan dengan market:
Jadi, pada akhir acara, inilah yang ditanyakan Reza pada keempat panelis, "So what's the secret behind a woman’s wallet?"
Affi: "Kita harus mengerti mereka, jadi tahu kebutuhan mereka apa dan bisa memberikan produk yang tepat."
Harumi: "A woman's wallet tidak pernah stick pada satu produk, tidak pernah pada produk yang sama, selalu berubah."
Shinta: "Solve the problem, dan berikan mereka produk yang dibutuhkan."
Dian: "Penting diingat bahwa ini bukanlah wallet suaminya, jadi jangan underestimate atau menyamaratakan kebutuhan mereka, karena setiap perempuan beda, jadi kebutuhannya juga berbeda."
Acara Jakarta Content Marketing Meetup ini didukung pula oleh para media partner yang terlibat; Cosmopolitan FM, IDN Times, PopBela.com, dan Bacadulu.
Menyambut Ramadan, untuk mendapatkan insights seputar marketing dari narasumber terpercaya, nantikan kehadiran JCMM selanjutnya pada 26 April 2018 dengan topik Winning Your Customer in The Ramadan Season!