Pada tahun pertamanya, brand sebesar Coca-Cola ternyata hanya dapat menjual produk sebanyak 25 galon. Di mana pendirinya, John Pamberton hanya memperoleh pendapatan sebesar US$ 50 dengan menghabiskan US$ 74 untuk kampanye iklan mereka. Nah, kalau hal ini terjadi pada brand yang kita kelola, apa yang perlu kita lakukan di tahun kedua dan seterusnya?
Tentunya, banyak pemilik brand yang mengharapkan atau menargetkan kesuksesan dengan meraih nilai penjualan yang besar sejak tahun pertama brand tersebut diluncurkan. Namun, kadang kala brand mendapat nilai penjualan yang jauh di bawah harapan atau target, dengan total biaya kampanye pemasaran yang lebih besar. Lalu apa yang perlu dilakukan brand?
Apakah dengan cara menganalisis, produk atau jasa brand kita yang gagal lalu memperbaikinya atau bahkan dihentikan? Atau, mengevaluasi kampanye pemasaran yang gagal atau salah strategi sehingga perlu diperbaiki untuk tahun kedua dan seterusnya?
Memang tidak ada jawaban yang absolut dan cara analisis yang pasti untuk semua jenis produk atau jasa. Namun paling tidak, beberapa hal di bawah ini dapat membantu proses analisis menjadi lebih terstruktur, sehingga kesimpulan yang diambil untuk strategi berikutnya bisa membuat brand lebih berhasil di pasar.
Bagi yang masih baru akan memulai atau sedang melakukan pengembangan produk atau jasa, sebaiknya kita perlu melakukan riset pasar terlebih dahulu.
Baca Juga: Mengapa Perusahaan atau Brand Harus Melakukan Riset Pasar?
Dengan berusaha mengenali kebutuhan dan keinginan target pasar sebelum melakukan pengembangan produk atau jasa brand, sebenarnya kita sudah menerapkan marketing 2.0 , atau pemasaran yang berpusat pada pelanggan.
Dan kalau brand sudah terlanjur diluncurkan ke pasar tanpa melakukan riset terlebih dahulu, maka kita perlu untuk melakukan riset pasar yang nanti hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membentuk strategi marketing pada tahun berikutnya.
Setidaknya, hasil dari riset pasar yang kita lakukan membuat kita dapat mengenali beberapa hal berikut:
1. Kualitas produk yang kurang baik, sehingga tidak menemukan segmen pasar yang tepat. Untuk situasi seperti ini, kita bisa mempunyai dua pilihan. Pertama, memperbaiki kualitas produk atau jasa dan disesuaikan dengan target pasar. Atau yang kedua, produk atau jasa dihentikan dan melakukan pengembangan produk atau jasa baru.
2. Produk atau jasa yang kita kembangin memiliki kualitas antara rata-rata dan sangat baik. Kalau hal ini terjadi pada brand kita, maka langkah selanjutnya yang dapat dilakukan adalah memperbaiki strategi marketing sebelumnya. Kita dapat melakukan perbaikan dari segi target pasar yang dituju, strategi penentuan harga jual, penentuan lokasi geografis (apabila brand yang kita kelola memiliki keterkaitan dengan lokasi geografis, seperti restoran), meningkatkan intensitas kampanye iklan agar brand awareness semakin meningkat, memperbaiki kualitas dan kemampuan sales force, memperbaiki jalur distribusi, dan lain sebagainya.
3. Produk atau jasa memiliki kualitas yang tepat untuk target pasar yang dibidik, dan strategi pemasaran yang sudah baik. Apabila hasil riset pasar dapat membuktikan hal ini, maka kita perlu untuk membangun brand awareness menjadi lebih baik lagi, agar semakin banyak calon pelanggan yang mengenalnya dan tertarik untuk menggunakan produk atau jasa tersebut.
Untuk membantu proses analisis brand agar menjadi lebih terstruktur, kita dapat menggunakan rumus sederhana berikut:
Dari empat alternatif pada rumus tersebut, dimanakah posisi brand Anda saat ini ?
Apabila produk atau jasa yang kita tawarkan bukanlah sesuatu yang baru, seperti produk teknologi, berarti kita memiliki beberapa pesaing yang memiliki sasaran audiens yang sama.
Melakukan studi analisis perbandingan ini akan sangat membantu untuk mengenali kekuatan dan kelemahan brand kita jika dibanding brand lain.
Lalu, hasil studi ini bisa dipergunakan sebagai bahan masukan dalam memperbaiki kualitas produk atau jasa brand serta strategi pemasarannya.