Seperti Apa Perubahan Pola Perilaku Konsumsi di Masa Pandemi Ini?

By
Dimas Gityandraputra
 •
May 26, 2020

Dalam masa pandemi yang tengah terjadi di dunia seperti saat ini, banyak perusahaan yang berusaha mengubah strategi mereka supaya tetap bisa mendapat perhatian dari masyarakat dan mendorong mereka agar mau mengonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. Dan salah satu cara agar bisa terhubung dengan para konsumen tersebut adalah dengan mengetahui perubahan perilaku konsumen.

Krisis yang sedang terjadi saat ini tentunya sedikit banyak akan berpengaruh pada perubahan pola perilaku konsumen. Pada umumnya, dalam masa krisis, sebagian besar konsumen akan masuk pada mode siaga (alert mode), di mana mereka akan menata ulang prioritas mereka berdasarkan kebutuhan terpenting untuk bertahan hidup. Dan produk-produk seperti makanan, healthcare dan informasi, berada pada urutan teratas dari daftar prioritas mereka.

Baca Juga: Strategi Bisnis dalam Menghadapi Resesi

Di sisi lain, mereka juga akan menunda dan mengurangi berbagai pembelian, dengan tujuan untuk menyimpan uang mereka agar dapat menghadapi situasi yang tidak menentu seperti sekarang ini.

Perubahan pola perilaku konsumen ini, membuat marketers perlu juga untuk mengubah perspektif mereka dalam membaca pasar. Klasifikasi konsumen pada masa pandemi seperti saat ini akan lebih relevan ketika dilihat dari kacamata psikologis dibandingkan status ekonomi dan sosial.

Dan klasifikasi psikologis tersebut terbagi menjadi 4 kategori yakni:

Slam-on-the-brakes

Yang termasuk dalam kategori ini adalah masyarakat yang paling terpengaruh dengan adanya pandemi Covid-19 ini. Biasanya yang termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang memiliki tingkat ekonomi di bawah rata-rata atau mereka di tingkat ekonomi manapun tetapi memiliki kecemasan yang tinggi terhadap situasi pandemi ini.

Masyarakat yang termasuk ke dalam kategori ini akan mengurangi, menunda ataupun menghindari pembelian yang berlebihan. Mereka akan lebih hati-hati dalam mengonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan brand. Dan biasanya hanya akan membeli barang-barang yang termasuk ke dalam kebutuhan pokok saja, dan menghindari pembelian kebutuhan tersier.

Hal yang dapat dilakukan oleh brand untuk dapat mencapai kategori konsumen ini adalah dengan menawarkan produk dengan ukuran yang lebih kecil dengan harga yang lebih murah, dengan tetap memberikan pesan bahwa kebutuhan masyarakat akan tetap dapat terpenuhi selama situasi ini.

Namun, bila brand menawarkan produk untuk kebutuhan tersier, maka yang dapat dilakukan adalah dengan menawarkan alternatif "do it yourself". Di mana brand akan tetap konsisten dalam menyajikan konten-konten edukasi kepada masyarakat. Hal ini membuat awareness masyarakat terhadap brand tidak berkurang dan tetap terjaga, di mana ketika masa pandemi sudah berakhir, masyarakat nantinya tetap memiliki keinginan untuk membeli produk tersebut karena sudah cukup sering mendapat terpaan konten dari brand yang bersangkutan.

Pained-but-patient

Masyarakat yang berada dalam segmen ini adalah mereka yang memiliki kecemasan terhadap situasi ini tetapi tetap positif pada situasi jangka panjang yang akan datang. Bisa dibilang pained-but-patient merupakan kategori konsumen yang paling besar dan tersebar di seluruh wilayah. Biasanya ketika masyarakat yang termasuk ke dalam segmen ini sering melihat berita negatif, maka hal ini dapat mendorong mereka untuk masuk ke dalam segmen slam-on-the brakes.

Mereka yang termasuk ke dalam kategori ini, ketika mengonsumsi kebutuhan pokok, mereka akan mulai melakukan penghematan, tetapi juga tetap memilih brand-brand favorit yang sudah biasa mereka gunakan. Namun yang sedikit tricky adalah, mereka akan mencari penawaran yang terbaik, entah itu dari sisi harga ataupun dari sisi kuantitas. Karena itu, bagi brand yang bergerak di industri kebutuhan primer ini, dapat memberikan nilai tambah kepada masyarakat, semisal dengan menurunkan harga atau meningkatkan jumlah kuantitas produk. Atau bisa juga brand memberikan bonus tambahan seperti promo bundling dengan produk lainnya.

Dan biasanya, masyarakat yang berada dalam segmen konsumen satu ini akan menghindari pembelian kebutuhan tersier. Bagi brand yang bergerak di bidang kebutuhan tersier, dapat mencoba melakukan pembaruan terhadap produk yang terdahulu sehingga dapat memberikan nilai tambah yang baru kepada para konsumen, atau terus meningkatkan nilai inti dari brand, sehingga ketika masa krisis sudah berlalu, masyarakat tetap tertarik untuk membelinya.

Comfortably well-off

Konsumen yang berada pada kategori ini biasanya tidak terlalu terpengaruh terhadap krisis yang sedang terjadi. Biasanya mereka yang berada dalam segmen konsumen ini memiliki tingkat ekonomi di atas rata-rata dan tetap melakukan pola belanja seperti biasanya. Namun di satu sisi, mereka tetap melakukan seleksi ketat dalam memilih atau membandingkan produk yang akan mereka konsumsi.

Pola konsumsi kebutuhan primer dari konsumen dalam kategori ini tetaplah sama. Mereka tetap akan membeli dan mengonsumsi berbagai produk yang sudah menjadi favorit mereka sejak masa sebelum krisis. Dan bagi brand yang bergerak untuk memenuhi kebutuhan primer, supaya tetap mendapat perhatian dari kategori konsumen ini, perlu untuk tetap menggunakan iklan yang dapat meningkatkan awareness.

Umumnya, kategori konsumen ini akan tetap mengonsumsi kebutuhan tersier selama dapat memberikan kualitas yang baik dan juga memberikan nilai tambah bagi mereka. Dan bagi brand yang bisnisnya bergerak pada kebutuhan tersier, tetap dapat menyasar segmen konsumen ini namun dengan tetap menonjolkan nilai lebih dari produk yang dipasarkan.

Live-for-today

Segmen ini biasanya banyak diisi oleh masyarakat usia muda dan tinggal di kota-kota besar atau urban. Dalam mengonsumsi produk, biasanya segmen konsumen ini lebih memilih produk yang dapat memberikan pengalaman terbaik dibanding barang-barang yang umum. Walau biasanya mereka tidak terlalu peduli pada harga tetapi di masa seperti ini biasanya mereka juga melakukan penundaan pada beberapa pembelian besar.

Dalam pola konsumsi kebutuhan primer dan sekunder, masyarakat yang berada dalam kategori ini biasanya tetap memilih produk yang sudah biasa mereka gunakan atau yang menjadi favorit mereka.

Namun ketika mengonsumsi kebutuhan tersier, biasanya kategori ini akan memilih harga yang terbaik, dan kemungkinan besar mereka akan menunda membelinya sampai masa krisis ini sudah berakhir. Selain itu, di masa-masa seperti ini, segmen konsumen ini juga tidak ingin melakukan percobaan pada tipe produk baru.

Beberapa hal di atas merupakan perubahan pola konsumsi masyarakat di masa pandemi ini, sehingga turut pula mengubah segmentasi konsumen. Dan untuk lebih jelasnya seperti apa perubahan pola konsumsi dan segmentasi konsumen di masa krisis atau pandemi, silakan langsung lihat gambar di bawah ini!

Memahami Apa itu Content Marketing

You must be a premium member to view the full content

Sorry, but the rest of this article is for our Premium Members only. To gain access to this content and many more benefits, subscribe below!

Tags:

Related articles