Tren marketing di masa pandemi ini tentunya menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Bagaimana cara pelaku industri menghadapi krisis sampai konten seperti apa yang mereka kerjakan dapat menjadi inspirasi bagi brand lain agar tetap dapat bertahan di saat krisis ini dan bisa bangkit setelahnya.
Lalu seperti apa tren industri khususnya dalam industri marketing dan agensi di masa pandemi ini dari kacamata para pelakunya? MarketingCraft sempat berbincang dengan Ferly Novriadi atau yang akrab disapa Peyi, Co-Founder dan Creative Business Director dari bujukrayu mengenai dampak pandemi terhadap agensi yang dikelolanya, tren seputar industri agensi sampai proses produksi konten yang dijalaninya di masa pandemi ini.
Tentang industri agensi saya kira tergantung spesialisasi dan brand apa yang dikerjakan. Kalau spesialisasinya pada bidang yang berhubungan dengan direct marketing seperti activation agency, event organizer, sampling, dan lain-lain sudah bisa dipastikan ada penurunan revenue, walaupun dengan pelonggaran PSBB ini sudah berangsur naik lagi harusnya.
Kalau spesialisasinya digital marketing, saya kira beberapa agensi seharusnya malah lagi bagus-bagusnya secara bisnis. Selain itu faktor paling penting adalah brand yang dikerjakan.
Jika brand yang dikerjakan suatu agensi adalah brand-brand yang industrinya sedang buruk seperti otomotif, pariwisata, dan lain-lain, pasti brand yang dipegang tidak akan melakukan kegiatan marketing, at least tidak akan besar effort-nya dan hanya maintaining. Kalau sudah begitu agensi yang brand pegangannya sedang terdampak buruk pasti akan kena juga, begitu pula sebaliknya.
Tentang pengalaman bisnis pribadi, walaupun semua pelaku bisnis sekarang pasti tidak akan ada yang tahu persis perkembangan ke depan industri ini khususnya dan ekonomi secara umum, di bujukrayu, beberapa brand masih jalan campaign-nya, masih ada beberapa pitch juga yang sedang kita kerjakan, masih pada gajian dan THR full, dan belum ada yang kena PHK. Itu yang paling penting untuk saya.
Kita sedang di tengah proses produksi campaign sebuah brand yang khusus untuk market Jepang. Tetapi, selain masih confidential, belum ada hasilnya, jadi belum bisa di-share.
Kalau contoh salah satu yang kemarin kita kerjakan selama pandemi dari pitch sampai live adalah campaign terbarunya Oronamin C. Prosesnya secara jarak jauh, mulai dari proses dalam internal, presentasi dan komunikasi dengan klien, sampai ke proses produksinya. Saat shooting juga talent-nya merekam dirinya masing-masing dengan arahan sutradara. Untuk preview melalui (aplikasi) Zoom.
Tetapi, saya rasa sudah normal dan terbiasa juga bekerja dengan cara seperti itu, tidak ada yang berubah. Hanya saja perbedaannya, sekarang kalau mau memberikan ide harus dipertimbangkan, eksekusinya doable. Jadi thinking inside the box.
Salah satu output-nya yang berupa video ini.
Ada beberapa yang menarik, salah satunya Burger King France. Mereka waktu itu merespon total lockdown yang diterapkan negaranya dengan memberikan resep cara membuat beberapa burgernya lewat twitter. Alasan saya suka konten ini karena insightful, simpatik, dan responnya terhadap yang terjadi di masyarakat tepat. Kalau untuk print, campaign dari Mucinex juga menarik karena visually smart.
Adaptasinya mastering work from home (WFH) sampai cara kerja seperti ini benar-benar sudah nyaman untuk kita jalankan.
Cara berpikir juga penting untuk disesuaikan agar dapat membuat sesuatu yang doable.
Trennya berhubungan dengan limitasi dari regulasi atau refleksi yang terjadi di masyarakat. Banyak yang bikin konten yang based-nya ilustrasi, animasi, stock images dan footages, atau mengolah kembali (re-edit) iklan lama.
Banyak juga iklan dengan talent yang lebih sedikit, dan banyak adegan video call.
Selain itu, banyak kualitas eksekusi yang terlihat kurang maksimal tapi dimaklumi karena limitasi (walaupun untuk yang ini capek juga untuk maklum).
Menyelaraskan cara dan prosedur bekerja kantor kita dengan cara dan prosedur kerja klien, yang memiliki perbedaan masing-masing. Contohnya di bujukrayu sampai sekarang masih strict WFH karena menurut saya keselamatan dan kesehatan karyawan paling utama, tapi beberapa klien misalnya, mungkin belum terbiasa dengan cara bekerja jarak jauh.
Apa pun itu harus dilakukan dengan prosedur kesehatan seketat mungkin dan aman untuk semua orang. Beberapa negara sudah punya panduannya yang bagus menurut saya. Tinggal diadaptasikan dan disesuaikan dengan kondisi di Indonesia, lalu direstui pemerintah tentunya.
Sumber Gambar Feature Image: bujukrayu.com