Sign Up to MarketingCraft Newsletter for Free!

Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form.

Metode dalam Menghitung ROI Iklan Televisi di Era Digital

By
Maya Ayu Wulandari
 •
May 19, 2020

Meskipun telah memasuki era digital, televisi ternyata masih menjadi primadona bagi sebagian besar orang untuk mendapatkan hiburan yang murah meriah. “Kotak Ajaib” yang booming pada dekade 70-an sampai 90-an ini memang belum kehilangan pamor, khususnya untuk daerah-daerah yang secara lokasi belum terjamah dengan koneksi internet yang stabil dan cepat.

Di Indonesia sendiri, menurut riset yang dilakukan IDN Research Institute seperti yang dikutip oleh Databoks dari Katadata dipaparkan bahwa televisi menjadi media yang paling banyak dikonsumsi oleh kaum millenials dibandingkan dengan media lainnya.

Memahami Apa itu Content Marketing

Jika kita ingin membangun brand yang dikenal oleh khalayak luas, kanal iklan televisi tentunya penting untuk dipertimbangkan. Alasannya, karena jangkauan televisi yang masih sangat luas. Televisi bahkan bisa menjangkau daerah-daerah yang secara infrastruktur untuk menerima sinyal internet masih kurang.

Namun demikian, di era digital yang saat ini segala sesuatunya bisa diukur dengan angka yang pasti, ada keraguan di antara brand untuk berinvestasi dengan mengiklankan produknya di kanal televisi. Ini bisa dimaklumi karena budget beriklan yang besar, ditambah untuk menghitung hasil dan impact, dalam hal ini Return on Investment (ROI) dari iklan terhadap brand cukup sulit.

Baca Juga: Memahami Apa itu Content Marketing

Sebagai contoh, harga slot iklan premium pada salah satu stasiun televisi swasta nasional di Indonesia paling murah seharga Rp50 juta per 30 detik untuk sekali tayang. Dari angka yang dibelanjakan tersebut, brand memang akan kesulitan jika mereka tidak memiliki patokan Key Performance Index (KPI) yang jelas dan dapat menjadi acuan keberhasilan dari kampanye yang dijalankan.

Sebelum masuk ke pembahasan cara mengukur keberhasilan atau efektivitas dari kampanye pemasaran menggunakan media iklan televisi, ada baiknya kita mengenal beberapa indikator yang biasa digunakan oleh brand ketika akan memilih stasiun televisi mana yang tepat untuk kampanye mereka.

Indikator dan metriks penting dalam kampanye iklan televisi

Pertama, salah satu indikator yang paling sering digunakan oleh brand ketika memilih stasiun televisi mana yang ingin mereka gunakan untuk mengiklankan produknya adalah Gross Rating Point (GRP). Menurut Digiads.com, GRP adalah perhitungan matematis yang digunakan perencana strategis periklanan atau sebuah agensi untuk menentukan potensi branding pada segmentasi audience tertentu.

Dengan GRP, brand bisa memilih sasaran stasiun televisinya hingga memilih konten acara dan jam penayangan yang sesuai dengan audiens produk yang disasar. Sebagai contoh, sebuah brand dengan produk mainan ingin mengiklankan produknya kepada anak-anak berusia 7-13 tahun. Berdasarkan angka GRP, pemirsa anak-anak dengan usia tersebut banyak menonton acara televisi pada hari Minggu pagi mulai pukul 7-9. Dengan data ini, brand dapat memilih mengiklankan produknya pada jam-jam tersebut. Namun melihat data GRP saja sebenarnya belum cukup untuk mengukur apakah stasiun televisi yang dipilih tepat atau tidak.

Indikator berikutnya adalah share rating. Share rating adalah indikator penting yang sering “dijual” stasiun televisi pada brand. Share rating menunjukan popularitas program dari salah satu stasiun televisi dibandingkan program lain dari stasiun lainnya di jam yang sama berdasarkan persentase jumlah penontonnya. Biasanya semakin tinggi share rating sebuah program akan membuat harga spot iklan di acara tersebut menjadi lebih mahal. Dengan menggabungkan data GRP dengan share rating, brand akan mendapatkan program yang ditonton oleh audiens yang tepat untuk produknya.

Jika dibandingkan beriklan dengan platform video digital yang ada seperti YouTube, Facebook dan sebagainya, brand akan dengan mudah menghitung impact dan metriks yang digunakan sebagai KPI seperti reach, view, clicks, cost per view dan lainnya. Data tersebut dapat dengan mudah didapatkan melalui dashboard yang tersedia dari platform yang ada secara real time.

Namun sayangnya, ketika beriklan menggunakan kanal televisi, data-data tersebut tidak dapat tersedia secara real time. Stasiun televisi memang menyediakan laporan terkait jumlah pemirsa yang melihat video iklan yang dipromosikan. Hanya saja, angka tersebut masih angka kasar yang perlu dianalisa lebih lanjut terkait keberhasilan kampanye iklan yang dijalankan.

Baca Juga: Media yang Tepat untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menghitung ROI kampanye iklan televisi

Pre & post awareness study

Metode ini mungkin tidak menghasilkan laporan yang menunjukan return value bagi brand setelah menjalankan kampanye iklan di televisi. Namun dengan menggunakan metode pre & post awareness study, brand bisa mengukur popularitasnya di mata khalayak luas.

Caranya adalah dengan melakukan survei dan studi tentang apa yang diketahui pasar mengenai brand sebelum dan sesudah kampanye iklan berjalan. Dari survei tersebut, brand bisa melakukan perbandingan dan menarik penilaian, persepsi serta pengetahuan yang dimiliki masyarakat terhadap brand terkait.

Meskipun memang pada akhirnya tidak ada nilai tambah terhadap angka penjualan atau sebagainya, namun persepsi baru ini bisa menjadi modal untuk memposisikan produk di masyarakat dan menyusun strategi marketing yang lebih efektif di kemudian hari.

Online tracking & behaviour

Metode ini tergolong cukup mudah dilakukan untuk brand yang memiliki produk digital. Dengan menyelaraskan platform analisis digital seperti Google Analytics atau Google Firebase dengan jadwal tayang iklan di televisi, brand bisa mengukur seberapa besar berpengaruhnya iklan terhadap interaksi user di dalam produk brand, baik berupa aplikasi atau website. Interaksi pengguna ini bisa berupa traffic atau bahkan transaksi yang terjadi di dalam aplikasi.

Untuk meningkatkan akurasi pelacakan interaksi user yang masuk apakah berasal dari kanal iklan televisi atau kanal iklan lain, kita dapat menggunakan kode afiliasi. Ketika user memasukan kode afiliasi tersebut ketika bertransaksi, tentunya brand akan lebih mudah menghitung ROI dengan lebih akurat.

Menghitung agregat penjualan produk

Metode berikutnya adalah dengan menghitung agregat penjualan produk. Metode ini membutuhkan time block sebelum, selama dan sesudah kampanye iklan berjalan. Contohnya, sebuah brand akan mengiklankan produknya melalui slot iklan televisi pada tanggal 15-21 Februari (selama 7 hari berturut-turut). Jika brand menggunakan metode agregat penjualan produk, mereka harus mencatat total jumlah penjualan produk dalam rentang tanggal 8-14 Februari (7 hari sebelum iklan berjalan). Kemudian saat iklan berjalan, brand pun harus mencatat total penjualan selama masa iklan berjalan dan sesudah masa tayang iklan selesai.

Dengan menarik garis grafik dari angka penjualan tersebut, brand dapat menarik agregat kenaikan dari penjualan produk mereka. Sehingga mereka bisa menghitung ROI secara lebih riil dan menyeluruh.

You must be a premium member to view the full content

Sorry, but the rest of this article is for our Premium Members only. To gain access to this content and many more benefits, subscribe below!

Asupan Marketing Mingguan

Gratis

Artikel-artikel marketing terpercaya

-
-
-
Dapatkan gratis

Langganan Premium

US$ 10 / bulan

8+ tiket webinar marketing gratis setiap bulan
Semua siaran ulang tutorial, diskusi & wawancara
Panduan & riset terdepan di industri
Penawaran eksklusif dari brand & Event VIP
Artikel-artikel marketing terpercaya
Tags:
No items found.

Related articles