Pemanfaatan media sosial dalam kegiatan pemasaran kini sudah sulit dihindari. Tak hanya penggunanya makin banyak, dan interaksinya makin dinamis, tapi nyaris semua platform media sosial juga memiliki fitur untuk membantu kegiatan pemasaran melalui saluran ini.
Khusus untuk di Indonesia, pengguna media sosial sudah mencapai 150 juta pengguna, atau sama dengan 56% populasi penduduk Indonesia. Tiga saluran media sosial yang paling sering digunakan di Indonesia adalah YouTube, Facebook, dan Instagram.
Lalu, apa saja hal penting untuk kegiatan pemasaran melalui media sosial (social media marketing) yang sukses? Berikut catatannya:
Tidak ada produk atau jasa yang cocok untuk semua segmen pelanggan. Karena itu, kita perlu menentukan terlebih dahulu segmen konsumen yang ingin disasar.
Segmentasi pasar bisa dilakukan berdasarkan usia, tingkat penghasilan, jenis kelamin, profesi, wilayah tempat tinggal, tingkat pendidikan, jenis hobi dan ketertarikan terhadap topik-topik tertentu, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Mengapa Perusahaan atau Brand Harus Melakukan Riset Pasar?
Sehingga kemudian, kita bisa menentukan target pasar berdasarkan segmentasi tersebut, seperti contoh berikut ini:
Sebuah produk fashion menyasar konsumen wanita, usia 20 sampai dengan 40 tahun, berpenghasilan di atas Rp5 juta per bulan. Berprofesi sebagai profesional, bekerja di perusahaan swasta, dan bertempat tinggal di Indonesia.
Profil itu yang selanjutnya perlu diidentifikasi perilaku digitalnya, dengan berbagai metode seperti survei atau wawancara; tentang media sosial yang aktif digunakan, tipe konten yang mereka suka, hingga figur populer yang mereka ikuti. Hal ini yang nantinya akan mempengaruhi efektivitas social media marketing yang dilakukan.
Melakukan riset terkait sasaran pasar atau konsumen adalah investasi. Ibarat sedang melakukan perjalanan darat menggunakan mobil, peta atau GPS merupakan tools untuk mendapatkan informasi yang kita butuhkan. Peta dan GPS itulah ibarat data dan informasi yang dihasilkan dari riset pasar.
Baca Juga: Data Driven vs Data Informed: Mana Yang Lebih Efektif Mendukung Pemasaran?
Dari temuan terkait perilaku digital sasaran audiens, salah satu informasi penting yang bisa diketahui adalah jenis dan saluran media sosial yang paling sering digunakan target audience.
Kita pun jadi bisa memilih saluran yang mau dan bisa kita optimalkan untuk kegiatan social media marketing. Berapa banyak saluran yang mau digunakan, silakan disesuaikan dengan anggaran dan sumber daya yang dimiliki untuk memproduksi dan mengelola saluran media sosial.
Berdasarkan hasil salah satu studi tentang konten di media sosial, setidaknya ada empat (4) jenis konten yang sering dibagikan pengguna media sosial atau potensial menghasilkan engagement rate tinggi.
Dari gambar di atas, jenis konten yang potensial menarik keterlibatan tinggi dari audiens (engagement rate) adalah:
Bisa diamati pula pada gambar diatas, bahwa tiap jenis konten memiliki fungsi dan pengaruh yang berbeda pada audiens. Tergantung pula dengan tahapan relasi audiens dengan brand, mulai dari mengenal si brand (awareness) hingga jadi pelanggan (purchase); serta cara audiens mengambil keputusan konsumsi, apakah cenderung lebih emosional, atau rasional.
Lalu, bagaimana cara menentukan jenis konten yang tepat untuk pemasaran di media sosial, sehingga pengaruhnya terhadap audiens berujung pada hasil yang diharapkan?
Misal, jika tujuan melakukan social media marketing adalah untuk meningkatkan brand awareness, maka jenis konten yang menghibur kemungkinan besar lebih tepat. Atau, jika berkeinginan meningkatkan penjualan atau langsung mempengaruhi keputusan pembelian dari audiens, maka jenis konten yang berusaha meyakinkan audiens (convincing) bisa jadi lebih tepat.
Makin banyak atau luas sasaran audiens yang melihat konten kita, makin besar pula peluang sukses kegiatan social media marketing yang dijalankan.
Memproduksi konten yang tepat dan berkualitas adalah satu hal, namun distribusi seluas-luasnya juga tak kalah pentingnya.
Untuk itu, ada 2 (dua) cara yang bisa dilakukan untuk mendistribusikan atau mempromosikan konten dalam kegiatan komunikasi di media sosial, yaitu:
1. Secara organik. Cara ini tidak membutuhkan anggaran finansial dalam kegiatan distribusi konten. Biaya yang dikeluarkan hanya biaya waktu dan operasional posting konten. Namun, kita tidak bisa mengharapkan pilihan ini untuk menjangkau audiens seluas-luasnya dengan cara ini, kecuali konten tersebut kebetulan menjadi viral.
Apabila memutuskan hanya mendistribusikan konten secara organik, maka kita harus benar-benar kerja cerdas dan kreatif dalam memproduksi konten-konten digital tersebut, sehingga meningkatkan peluang konten tadi tersebar luas secara organik.
2. Mempromosikan konten lewat iklan (paid ads). Faktor penentu keberhasilan cara kedua ini adalah besar kecilnya anggaran finansial dalam mempromosikan konten; karena besaran biaya yang dikeluarkan akan berpengaruh pada luasnya jangkauan audiens.